Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2015

Tiba di Usia 30 :)

Hei, Nan! Akhirnya, setelah tulisan tentang hikmah di balik usia 30, nyampe juga ke umur 30 yah, Nan.. Alhamdulillah.. Alhamdulillahnya lagi, sampai ke usia ini kali ini sudah nggak sendiri lagi. Hatinya ada yang menemani.. Walaupun secara fisik tidak bersama, tapi hati kini sudah berpendamping. Untuk pertama kalinya dalam 30 tahun aku hidup, baru kali ini mendapat sebuah tulisan sebagai doa dalam ulang tahunku. Atas ijin masnya, aku tuangkan tulisan indahnya dia di blog ini. Selain sebagai sebuah penghargaan termanis, juga dokumentasi. Karena medianya sudah bukan lagi kertas dan pena, katanya.. :) Menatap indahnya langit malam Tuk menghapus mimpi yang kelam Sungguh telah datang pada hari ini Sungguh terasa indahnya hari ini Hari di mana engkau hadir di dunia Hari di mana harapan menjadi doa Harapan yang teriringi air mata Harapan yang teriringi binar mata Selamat berulang tahun duhai kekasih Duhai Tuhanku Sang Maha Pengasih Berikanlah ia umur bermanfaat Dan hid

"Salam rindu dari Jogja"

Itu ucapmu pagi ini.. Merengkuh kalbuku yang terjatuh Menenangkan jiwaku yang riuh Memberi secercah matahari pagi, pada lesunya diri.. Salam rindu dari Jogja. Tempat dimana semua berjalan perlahan. Selalu ada waktu untuk berhenti sejenak dan mengistirahatkan raga. Menikmati dan mensyukuri anugerah Yang Maha Kuasa. Salam rindu dari Jogja. Dari yang tercinta.  Dari yang teristimewa. Dari yang namanya selalu kusebut dalam Doa. Ah, berikan salam rindumu itu. Akan kupeluk erat dalam kalbu. Dan dalam doa akan kuseru. Aku ingin kamu.

The biggest question of all time.

Questions and questions are flowing out these days. Berputar berkecamuk melebar meluas dan membengkak. Dari sekedar hal sederhana, sampai ke hal yang begitu besar dan membuat kepala mengembang dan akhirnya pecah. Pertanyaan seputar hal paling menakutkan yang akhirnya ada tertulis di dalam blog gw: komitmen. Sesiap apakah seseorang untuk sebuah komitmen? Sesiap harus rela akan adanya perubahan besar dalam hidup? Sesiap harus tahu nilai pengorbanan diri dalam komitmen? Sesiap meninggalkan kata “aku” dan menyambut kata “kita”? Tapi sejauh mana kah peran “kita” di kedua belah pihak? Kalau komitmen itu diwarnai banyak pengorbanan, kenapa orang-orang tetap banyak yang berkomitmen? Kalau komitmen itu tidak sederhana, kenapa semua orang berlomba membuat komitmen sebelum usia 30?  Ada apa dengan komitmen? Adakah kaitannya fleksibilitas komitmen dengan perasaan? Apakah akan ada komitmen yang berubah saat perasaan berubah? Atau setelah perasaan berubah baru kemudian bertahan karena