Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Cahaya Bulan - Gie

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui Apakah kau masih selembut dahulu... Memintaku minum susu dan tidur yang lelap Sambil membenarkan letak leher kemejaku Kabut tipispun turun pelan-pelan di lembah kasih Lembah Mandalawangi... Kau dan aku tegak berdiri Melihat hutan-hutan yang menjadi suram Meresapi belaian angin yang menjadi dingin Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu... Saat kudekap kau dekaplah lebih mesra... Lebih dekat... Apakah kau masih akan berkata... Kudengar detak jantungmu Kita begitu berbeda dalam semua Kecuali dalam Cinta... ------------------- Cahaya Bulan menusukku Dengan ribuan pertanyaan Yang takkan pernah kutahu Dimana jawaban itu Bagai letusan berapi Bangunkanku dari mimpi Sudah waktunya berdiri Mencari jawaban... kegelisahan hati
The saddest part of being sad, is when it hurts you so much you are failed to shed a tears. I am on that part right now.

Dear Carrie Bradshaw, I feel you.

Masuk ke usia 30, masuk juga gw ke kehidupan seperti Carrie Bradshaw. Yeap, belum menikah, karir lumayan, ngabisin uang buat hobi (Bradshaw dengan sepatu sepatunya, gw dengan fandom-fandom gw), menghadapi dilema antara being a complicated woman dan mencoba untuk merubah karakter menjadi lebih fleksibel saat adaptasi dengan pasangan, dan berada di antara lingkungan pertemanan yang sudah mulai disibukkan dengan keluarga dan anak-anaknya. Soal lingkungan, oh I do feel like Carrie and Samantha when Miranda have a baby. We all still love each other with our best friends, but we are just no longer in the same frequency as we used to be. Yang terutama saat ini gw jalanin adalah soal pertanyaan pertanyaan yang berkecamuk di benak Carrie soal what it is inside man's brain, and what is right or what is wrong about what we do and what we believe.  Carrie mah enak, pertanyaannya kemudian jadi kolom dan berakhir jadi buku. Lah gw? Anyway. Those same questions that Carrie's ask, are the same

Utuh

Ini yang kurasakan di hatiku. Tidak lagi goyah, tidak lagi lemah. Utuh. Yakin, berpegang, dan satu. Entah dari mana keyakinan ini hadir. Dari indahnya tutur katamu? Dari caramu memecah kerasnya egoku? Dari untaian ayat yang selalu kau sisipkan untukku? Dari kesabaran yang kau bisikan pelan-pelan ke kalbuku? Dari indahnya ketenanganmu? Dari damainya kau menenangkanku? Darimu aku belajar ikhlas dengan arti yang sangat berbeda. Yang sangat tepat mengisi kekosongan di hatiku. Darimu aku mempelajari hakekatku untuk hijrah. Dari perkataanmu aku menuai ilmu.  Aku belum berani mengatakan benar kau imamku. Hanya Tuhan yang tahu kebenaran itu. Namun jika iya benar seperti itu, maka akan sangat bersyukurnya aku. Insyaallah..
It takes two to tango, they said. It will fall if one of its wings wounded, they said. Its just a fling, they said. Its just physical, they said. It will easy to end, they said. Its never be real, they said. Its just an ilusion. Its not that deep. Its not even real. Its not us. They said. But they said, well, its what they said. Not ours. Then why it feels like this? Ask them. Can they answer?