Pertanyaan yang timbul pagi ini adalah: ikhlas?
Mungkin ini terdengar terlalu berat kalau mau disambungkan dengan topik yang mau gw bahas sebagai pembuka. Pertama, adalah soal boyband. As we all know, belakangan ini heboh banget kan ya yang namanya ABG-Abg pada sedih sama keluarnya Zayn Malik dari One Direction. Umur gw udah segini, gw udah ga peduli lagi sama 1D. Tapi gw ga lupa kaya apa rasanya patah hati karena band atau boyband kesukaan gw pecah.
Dulu juga nggak sedikit yang ngalamin hal ini, fansnya NSync, Backstreet Boys, Take That, Boyzone, The Moffatts, Spice Girls, dll. Semua pernah ngalamin yang namanya band tersebut kehilangan anggotanya, sampai akhirnya pecah. Bahkan lebih sedih The Moffatts, band favorit gw, awalnya ga pecah, tapi terus sejak salah satu membernya mengasingkan diri setelah came out bahwa dia gay, kemudian mereka sudah ga pernah sama-sama lagi. Scott solo karir, Clint dan Bob karir berdua, dan Dave entah kemana. Lebih sedih ini sih daripada band-band lain menurut gw. Apalagi gw fans mereka, trus sekarang mereka jadi kaya stranger, padahal siblings, even more, twins.
Tapi seiring berjalannya waktu dan umur, akhirnya semua juga bisa survive dari kesedihan itu. Cheesy sekali ya bahasan ikhlasnya soal boyband. Ini sih emang bahan yang pas untuk ABG-ABG belajar ikhlas, karena boyband itu adalah lahan untuk semua berbagi nafsu dan emosi. Kalau sudah jadi fangirl, susah untuk bisa ikhlas, dan ABG fans 1D yang sekarang baru ngalamin. Semoga aja ga jadi pada gila. Hahahaha.
Terlepas dari masalah boyband yang ringan itu,ada lagi kasus ikhlas lain yang sedang terlintas dalam hidup gw. Ikhlas ditinggal meninggal orang yang kita sayang. Buat gw mungkin sudah lewat beberapa bulan. Sudah ada beberapa tahap yang bisa gw lalui untuk berusaha ikhlas dan menghadapi kenyataan bahwa bapak sudah nggak ada lagi di samping gw. Tapi hal ini tentu dirasa berbeda oleh salah satu teman gw, yang baru melewati hal tersebut untuk 11 hari. Ini amat sangat tidak mudah baginya dan keluarganya. Gw masih inget betapa rasanya ga punya pegangan waktu itu, 11 hari dari hari meninggalnya bapak itu rasanya kaya masih ga jelas apa yang gw rasa. Sedih, takut, panik, bingung, harus gimana, what to do, what to think, what to eat, semua rasanya berantakan. Hilang semangat melakukan berbagai hal, dan fokus gw hanya untuk menstabilkan emosi ibu, bukan emosi gw. Saat ini ada seorang teman yang sedang mengalami hal itu, dan gw ga tau apa yang bisa gw lakukan buat dia, selain hanya ikut mendoakan dan memberi dukungan sebisa gw secara virtual, dan selalu mengingatkan bahwa proses ikhlas dan menerima di sini masih berlangsung dan bergejolak. Dan semoga dia bisa semakin kuat untuk menghadapi semuanya.
Saat kita merasa marah, sedih dan dipenuhi awan emosi yang gelap saat kehilangan sesuatu, kesadaran untuk bisa ikhlas itu ternyata tipis banget ya. Seenggaknya itu yang saat ini gw rasakan. Mungkin di luar sana ada lebih banyak orang yang lebih mudah untuk mengikhlaskan sesuatu. Tanpa pembelaan apapun, gw akan mengakui bahwa buat gw, hal itu butuh waktu.
Dan sepertinya Tuhan juga tidak patah semangat untuk menguji hambanya yang satu ini untuk terus belajar ikhlas. Salah satu pelajaran ikhlas yang baru saja gw terima belakangan ini adalah, ikhlas profesional. Bukan antara gw dengan kantor, tapi antara kami dengan mereka. Emosi deh, waktu kemarin baru menyadari ada pihak tertentu yang mentah-mentah memakai ide yang kami siapkan, tapi tidak membuat deal apa-apa dengan kami. It hurts. Di sini gw teringat lagi apa kata salah satu bos gw dulu, “lo boleh peduli, tapi jangan terlalu attached”. Dan sepertinya kami telah terlalu peduli, jadi saat kami merasa terkhianati, berat rasanya untuk merelakan. Apalagi ide yang kami buat itu kan bukan sesuatu yang dengan gratis dan mudahnya turun dari langit. Kami buat itu dengan keringat, usaha, baik fisik, materi, jiwa, semangat dan hati. Tapi saat diperlakukan seperti itu, oh well, mereka mungkin tidak pernah tahu seperti apa rasanya menumpahkan karya dengan hati dan kemudian seseorang mengambil karya tersebut tanpa ijin.
Lalu sudah ikhlas kah kami? Entah lah, terlepas dari ikhlas atau tidak, toh tak ada yang bisa kami lakukan juga untuk hal itu kan. Mengharapkan mereka sadar sama susahnya kaya mengharapkan koruptor mengembalikan uang rakyat yang mereka ambil, apalagi di Indonesia. Moral sudah berceceran entah kemana, dan akhirnya yang kaya kami ini cuma bisa, ikhlas.
Tapi, kalau dalam hati dijawab dengan “ikhlas deh gw, biar Tuhan aja yang balas”, menurut kamu itu bisa dibilang ikhlas ga? Atau masih menitipkan dendam pada Tuhan?
Its just another questions that closed another writing..
have a nice day, people.. Sing ikhlas ya.. ;)
Dave di Toronto, jadi instruktur yoga, sekarang dia lagi suka yoga daripada bermusik, tahun 2013 dia bikin banyak lagu (bisa di lihat di youtube), mereka masih bersama-sama kok, masih kumpul2 (terutama pas Christmas) cuma jarang karena tinggal di kota yg berbeda, cuma udah nggak nge-band bareng lagi, yg sering ngumpul sih Scott, Bob, Clint karena sama2 di Nashville, bisa dicek facebook & instagramnya :)
ReplyDelete