Skip to main content

Kicauan pagi: after eight months, Dad.

Selamat hari rabu pagi!

Biasanya, gw menulis blog malam hari, saat menjelang tidur, saat di kepala ingin sekali merangkum semua hal yang berjalan dan pikiran pikiran yang berkecamuk selama satu hari penuh. Tapi beberapa hari ini rasanya gw ga punya cukup tenaga untuk meluangkan waktu sebentar untuk menulis sepenggal cerita yang bisa disaring dari hari-hari gw yang rasanya berlari begitu cepat.

Pagi ini, saat memesan kopi susu di warung kopi sebelah kantor, seperti yang biasa gw lakukan beberapa hari sekali, tiba-tiba aja gw pengen banget nulis blog. Sambil mendengarkan irama-irama yang tidak pernah berganti yang berputar di music player ponsel gw, ditemani wangi kopi yang sedang di-roast di lantai bawah warung kopi, rasanya pagi ini waktu yang tepat banget untuk menuliskan apa yang mengganggu di pikiran gw.

Telat sedikit ke kantor nggak apa-apa ya paaak, dikit aja kook, I just need my morning me time a lil bit.

Beberapa hari ini gw semacam mengalami writer’s block. Ciye, semacam berasa penulis, hahahaha, tapi gw mengalami buntu ide, mau nulis apa lagi ya di blog? Karena gw lagi khawatir, kalau gw tulis sesuatu, akhirnya gw akan curhat. Lagi sensitif sekali untuk curhat itu kejadian sekarang ini. Soalnya, gw udah lama berusaha untuk ga nulis curhat di blog. Dan dengan kondisi hati yang sekarang ini, tulisan di chat atau di socmed aja pasti sudah langsung terkontaminasi curhat. Ini aja udah curhat! For God sake, Nani! ahahahahaha

Ok, sepertinya memang ga akan bisa menghindar terlalu jauh dari curhat, baiklah, kita relakan saja, tapi kali ini, gw ga akan curhat soal galau galau kaya postingan blog gw beberapa tahun lalu saat naluri alay masih menggelora. Kali ini, akhirnya gw akan menulis soal kehilangan. Kehilangan salah satu orang yang paling berharga dalam hidup gw: bapak.

Gw ga tahu apa yang akan terjadi saat menuliskan ini, apakah gw akan menangis di warung kopi ini sambil menuliskan semua cerita, atau seperti apa, gw akan biarkan cerita ini mengalir sendiri terserah jari gw mau bergerak seperti apa.

Selama dua puluh sembilan tahun gw hidup, gw nggak pernah menyangka akan kehilangan bapak pada saat gw masih muda. Dalam imajinasi gw, gw akan mengalami fase pernikahan didampingi bapak, akan ada perkenalan antara suami gw dengan bapak yang berkarakter cukup keras itu. Gw selalu berimajinasi bahwa gw harus berusaha menemukan seorang pria yang bisa mengerti bapak, karena di usia tuanya, bapak bukanlah seorang pria yang mudah dimengerti. Sampai saat terakhir hidupnya, gw ga berhasil melihat kakak-kakak ipar gw ada yang benar-benar berhasil sejalan dengan pemikiran bapak.

Bapak itu adalah salah satu manusia unik yang pernah gw kenal. Keras, tapi lembut. Kaku, tapi lucu, Romantis, tapi kadang juga sinis. Bapak seperti sebuah koin dengan dua sisi yang berlawanan. Dia punya semuanya, good and bad, high and low, everything. Saat bapak menjelang hari tuanya, dengan kondisi fisiknya yang kurang sempurna, somehow gw tahu bahwa gw akan kehilangan dia dalam waktu cepat. Saat itu juga gw menduga bahwa gw mungkin ga akan mendapat kesempatan untuk menjalani banyak hal yang gw imajinasikan itu dengan bapak, melihat bapak semakin tua dan melemah, some how gw tahu bahwa sisa-sisa umur gw akan gw fokuskan untuk berusaha memenuhi kebutuhan ibu dan bapak, bukan buat gw lagi. Somehow gw jadi ga peduli soal pria yang akan berdiri di samping gw itu siapa. Apa gw akan punya pacar atau suami, gw ga begitu peduli itu lagi. Dan ternyata dugaan gw benar, dan gw cukup bersyukur gw punya banyak waktu dan kesempatan untuk bersama bapak di akhir waktunya saat itu. Karena selama ini gw merasa selalu kurang untuk punya waktu bersama bapak. Saat bapak muda, bapak sering ke luar kota. Beliau sering juga di rumah, tapi entah kenapa ingatan gw mengenai hal itu tidak begitu jelas. Entah mungkin karena kehidupan gw lebih banyak berpusat di ibu, atau gw memang tidak begitu dekat saja dengan bapak.

Bapak dan gw sering banget beradu argumen sejak gw beranjak remaja dan dewasa. Dewasa muda, saat gw adalah manusia penuh emosi, adalah saat-saat gw dan bapak nggak pernah akur. Apa pun yang kami bahas selalu berakhir dengan saling keras berbicara. Mulai sejak itu, kami selalu berkomunikasi melalui ibu. Ibu is our owl kalau kata anak2 hogwarts mah. Karena kalau kami komunikasi langsung, ujungnya adalah pertengkaran. Sampai gw udah ga inget lagi kapan itu semua berakhir dan belakangan sejak gw lumayan dewasa gw dan bapak sudah mulai bisa berkomunikasi dengan baik lagi. Tapi sisa kekakuan itu masih ada. Dan gw sangat menyesal telah melalui itu semua. Sampai suatu ketika, salah satu mantan gw lebih mementingkan perasaannya daripada kondisi bapak yang saat itu sedang drop masuk rumah sakit, dan akhirnya hubungan gw dengan mantan pun berakhir.

Saat itu gw sadar bahwa gw membutuhkan seseorang yang bukan hanya mengerti gw, tapi juga mengerti orang tua gw, yang memahami bahwa orang tua gw juga akan menjadi orang tuanya. Tapi sekarang bapak sudah nggak ada, nothing of it even matter anymore.

Mungkin gw dan bapak bukan tipe ayah anak yang saling caring banget, yang apa-apa bareng, yang sering menghabiskan waktu berdua. Kenyataannya kami berdua sama-sama kaku, sama-sama suka saling menyakitkan kalau berbicara, sama-sama keras, sama-sama semaunya sendiri, sama-sama egois, sama-sama manja, sama-sama maunya didengerin bukan ngedengerin, sama-sama maunya ngatur, ga mau diatur, dsb. Mungkin karena itu, akhirnya setelah delapan bulan Bapak meninggalkan kami, akhirnya gw benar-benar mengerti rasa kehilangan bapak itu seperti apa. Maaf ya pak, it takes me eight month to realize how much I miss you. I keep on ignoring the feeling of loosing you, I push away that feeling so hard, that I didn’t realize that it actually crashing me from inside.

This little girl miss you so bad, dad.


Comments

Popular posts from this blog

Adams Catering Jakarta - Wedding Package Review (2018)

Hola! Setelah tiga bulan, akhirnya satu per satu gw akan bayar hutang! Alias bayar hutang cerita, atau review mengenai vendor-vendor pernikahan gw yang lalu. Haha maaf lama yes, incess masih proses adaptasi dulu nih. Mulai dari adaptasi dari biasa tidur sendiri jadi berdua, sampe adaptasi bahasa, karena dari yang biasa lo lo gw gw di bekasi dan jakarta, sekarang jadi aku, kamu, nyong, koen, panjenengan, dan teman-temannya. Iyes, I finally moved out of Jakarta and stay for good in Jogjakarta, ihiy! Ok, review pertama, yang sudah banyak banget orang tanya di Instagram gw adalah review untuk wedding package yang gw ambil dari Adams Catering. Ok, first thing first, Adams Catering itu penyedia jasa catering yang juga melengkapi pelayanan jasa mereka dengan wedding package yang cukup lengkap dan ekonomis, mulai dari catering (iyalaaaah), decor, photography, make up & attire sampai pengarah acara dan hiburan. Kamu bisa lihat instagram mereka di sini: https://www.instagram.com/adamscater

Kopi Murah di Family Mart

Sebenernya sudah agak telat sih posting ini sekarang haha. Tapi gak papa, hitung-hitung latihan nulis lagi, isinya gak terlalu aktual dikiiitt gak papa yaaaa.. Akhir bulan ini tepat dua bulan gw kerja di tempat baru. Suasana baru, kebiasaan baru, adaptasi baru. Salah satu adaptasi yang masih agak berat adalah absennya gw dari dunia perkopian yang biasanya cuma bersin aja di kemang gw langsung pindah tempat dari satu coffee shop dengan picollo latte yang enak ke coffee shop lain dengan pilihan kopi lainnya yang juga enak. Sekarang gw di mega kuningan. Sempet panik, oh my, di mana gw bisa nemuin picollo latte enak yang bersin doang sampe di mega kuningan? Drama. Haha.. But hey, ternyata ada kabar bahagia! *naon iyeu teh ah*. Iyah, jadi bulan lalu itu pas mini market di basement gedung kantor baru mulai jualan kopi. Mungkin karena promo masih baru yah, demi bersaing dengan coffee shop di sekitarnya, dia jualan cuma Rp10.000 saja per cup! Murah yak! Apalagi pas promo awal dibagi voucher di

Rumah Sakit Hewan Jakarta - Ragunan

Halo ! Sebenernya sebel gak sih kalau buka blog gw tuh selalu ada posting "hai kembali lagi ke sini setelah sekian lama gak posting, nantikan posting berikutnya setelah ini, bla bla bla" tapi kemudian postingan berikutnya bisa sampai setahun lagi baru nongol? Hahahahaha. Aselik, these days mau nulis blog lagi tuh semacam syulid. Kuterlalucybuk. . Jadi, gw pengen cerita tentang pengalaman gw, nyokap dan memeng main ke Rumah Sakit Hewan Jakarta, yang ada di Ragunan, Jakarta Selatan. Gw juga ngerasa emang perlu sih posting ini gw buat. Karena ya, gw pribadi juga punya "hutang cerita" tentang pengalaman memeng dulu survive dari virus panleukopenia. Ok, sebelum semakin random arah posting gw, jadi gini, gw ceritain dulu dari awal. Gw punya kucing, namanya memeng. Nama termalas mikir untuk seekor kucing (maap ya meng). Dulu dia di rumah berdua adiknya, si putih (yha, another males mikir kinda name). Lagi lincah-lincahnya umur setahun, tiba-tiba memeng gak